Udara
panas menerpa muka mereka. Snow menjulurkan lidahnya dan menggerang
kepanasan. “Kau tak apa Snow?” tanya Clara mengelus kepala Snow.
Snow mengangguk lemas.
“Apa
dia baik – baik saja?” tanya Roy kasihan.
“Dia
tak apa. Udara disini emang sangat panas.” Kata Clara sambil
menatap sekelilingnya. Sungai lahar mengalir di samping kanan mereka.
Gunung yang mengeluarkan lahar dari mulutnya bercucuran kemana-mana.
Pohon – pohon ek disamping Roy hangus terbakar menandakan betapa
panasnya tempat ini. Suara gemuruh dari gunung dihadapan mereka
membuat Ro tidak ingin berda disini lebih lama. Mereka berjalan
mengikuti jalan bebatuan sampai di tempat yang luas dan buntu.
“Kayaknya
gak ada naga disini. Mungkin kita sudah didahului oleh orang lain.
Ayo pulang saja disini sangat panas sekali.” Keluh Roy sambil
mengusap keringat di dahinya.
“Itu
mustahil, coba kamu pikir untuk apa portal tadi datang? Kalau sudah
sampai sini kita gak bisa keluar tanpa menakhluk naga itu.” Kata
Clara sambil menyipitkan matanya. “Mungkin naga itu sembunyi.”
“Sudah
cukup! Aku sudah lelah!” bentak Roy sambil menarik tangan kanan
Clara. Snow melompat dari pundak Clara dan menatap Roy. Keheningan
terjadi beberapa detik.
“Ah,
maafkan aku. Kau tau kan, aku adalah manusia jadi tak mungkin
membunuh naga.” Kata Roy dan melepaskan tarikannya. Clara tertawa
dan menatap Roy dengan senyum manisnya.
“Percayalah
pada dirimu.” Kata Clara dan memegang gelang dan mengucapkan bahasa
aneh. Gelang Clara pun bersinar dan berubah menjadi toverstaf
miliknya. Roy terpaku melihat kejadian itu. Clara dan Snow berjalan
sambil melihat – lihat sekelilingnya. Snow menggerang, kuku kakinya
keluar dan ia memperlihatkan gigi tajamnya. Clara melihat Snow dan
kembali ke posisi awal dengan serius.
“Ada
apa Clara?” tanya Roy yang mengikuti Clara dari belakang.
“Sstt,
Diamlah disitu sebentar” bisik Clara dengan tangan telunjuk di
depan mulutnya. Roy mengangguk dan diam tanpa ekspresi. Clara
berjalan sampai di ujung dan membalikan badannya. “Sepertinya tak
ada apa – apa, Cepetan kesini.” Teriak Clara dan merentangkan
tanganya sebagai isyarat. Roy tersenyum dan lega karena tak terjadi
apa – apa. Ia berjalan menuju Clara dan bayangan hitam berada di
belakang Clara yang berteriak memanggil Roy.
“Awas
Clara, lari!” teriak Roy dengan wajah pucat. Clara menoleh dengan
cepat tapi bayangan itu memukul Clara hingga terbang menabrak batu
besar. Snow berlari menuju bayangan hitam itu. Dalam beberapa
langkah, Snow berubah menjadi naga besar berwarna putih salju. Roy
membeku dan melihat batu yang hancur karena Clara dipukul oleh
bayangan itu. Snow menggerang keras dan Roy kembali dalam sadarnya.
Ia berlari sekuat mungkin menuju Clara. Clara terbatuk – batuk
lemas, darah mengalir dari kepalanya hingga menutup mata kanannya.
Badanya sangat kotor dan tangan kakinya lemas tak berdaya. Mulutnya
mengeluarkan darah bertanda bahwa sangat keras pukulan dari bayangan
itu.
“Clara?
Kau tak apa?” tanya Roy panik. Ia mengambil toverstaf
dari tangan Clara dan menyenderkannya di batu. Clara membuka matanya
dengan perlahan dan tersenyum.
“Aku
tak apa.” Kata Clara serak. “Aku akan melawan naga itu.” Ia
mencoba berdiri tetapi terjatuh lagi. Roy memegang tanganya dan
menyandarkan Clara ke batu.
“Kamu
jangan memaksakan diri, pulihkan dirimu dan bersembunyi. Tapi tadi
kau bilang itu naga?” tanya Roy sambil melihat pertempuran Snow.
Clara mengangguk dan memegang tangan Roy.
“Tolong
jangan biarkan Snow bertarung lebih lama.” Suara Clara bertambah
serak dan tersenyum. Mata Clara tertutup dan nafasnya berhembus
sangat pelan. Roy menatap Clara dengan kaget dan menguncang –
guncang badannya.
“Clara?
Ayolah jangan menakutiku.” Kata Roy sambil tertawa kecil. Hening
terjadi beberapa detik. “Clara! Jangan begitu!” nada Roy
meninggi dan semakin keras ia menguncang Clara. Badan Clara sangat
lemas dan tidak bergerak sama sekali. Roy mengusap air matanya dan
menutupnya dengan tangannya. Roy,
kau jangan takut. Clara dalam masa penyembuhan. Lindungi Clara!
Bawalah ia di balik batu besar itu.
Roy tersentak dan melihat sekeliling dengan bingung.
“siapa?!”
teriak Roy.
Aku
Snow. Aku sedang berkoneksi dengan pikiranmu. Janganlah sedih,
cepatlah bawa Clara ketempat yang aman.
Suara lembut itu menenangkan pikiran Roy. Ia mengendong Clara ke
balik batu besar itu dengan tangan kanan membawa toverstaf.
Snow melawan naga bayangan itu dengan sengit dan serangan Clara
mengenai tubuh bayangan itu. Bayangan naga itu berubah warna menjadi
naga merah yang menyeramkan. Matanya yang merah menatap Snow dengan
sinis. Naga merah itu pun terbang di udara sambil menyemburkan api
kemana-mana. Snow berusaha menghindar tetapi sayapnya terkena api
itu. Dengan kesal ia pun juga terbang. Snow menyemburkan keristal es
ke Naga Merah itu tetapi dengan cepat Naga itupun juga menyemburkan
apinya. Serangan itu saling bertabrakan hingga menghasilkan uap
dimana-mana. Naga Merah itu bertambah emosi dan menyipitkan matanya.
Snow terlihat sangat lelah dan tidak kuat lagi untuk terbang. Naga
merah itu menoleh ke tempat Roy dan tersenyum jahat. Ia pun
menyemburkan apinya ke tempat Roy dan Clara. Snow mengraung dengan
keras tetapi Roy terpaku dengan serangan api itu. Dengan kecepatan
tinggi Snow terbang dan menghalang serangan api itu hingga menabrak
bebatuan.
“Ah!
Snow!?” teriak Roy. Ia berlari sekuat mungkin untuk menuju Snow.
Snow tergeletak dan tak bergerak sedikit pun. Roy kebingungan dan
mondar – mandir kesana kemari. Suara tawa terlintas dipikiran Roy.
Ia menoleh ke Naga Merah itu yang duduk asyik dia atas batu besar. Ia
tersenyum dan wajahnya berkata dia sudah menang. Kau
sudah membunuhnya. Kau sudah membunuh teman-temanmu. Kau pengecut.
Seharusnya kau yang mati. Suara
Naga Merah itu di pikiran Roy. Wajah Roy memanas dan ia mencabut
pedang dari sarungnya.
“Kau
akan mati!” marah Roy. Naga itu tertawa dan turun dari batu. Roy
tersentak dan mundur beberapa langkah. Tangannya gemetaran dan
keringatnya bercucuran di mukanya. Nafasnya terengah – engah dan ia
mengerutkan dahinya. Bodoh!
Kenapa aku malah ngucapin itu? Sekarang harus gimana?
Pikir Roy. Naga Merah itu tertawa dan menatap Roy dengan senyum
sampingnya. Roy menatap Naga Merah itu dan menyadari bahwa pikirannya
telah dibaca. Roy menarik nafas dan menghembuskan nafasnya perlahan –
lahan. Ia memegang pedang dengan erat dan berposisi siap menyerang.
Naga itu menghela nafas dan tersenyum ke Roy. Kau
sudah siap menuju ajalmu?
Ejek naga merah itu. Roy hanya terdiam dan memikirkan kata – kata
Clara tentang harus percaya dirinya dan pedangnya. Serangan pertama
dari naga merah itu adalah pukulan dari tangannya yang sangat cepat,
untung Roy bisa menghindarinya. Naga itu seperti kucing yang sedang
bermain dengan anak tikus. Naga itu terlihat sangat bosan dan
mengantuk. Ia menatap Roy sambil tertawa.
”kenapa
kau tertawa!? Apa yang lucu!” sinis Roy.
Aku
hanya berfikir jika kubakar kau sekarang, kamu akan seperti pohon ek
disana atau lebih parah lagi kamu akan menjadi abu.
Jawab naga merah itu dengan kejam sambil tertawa kecil. Roy ternganga
dan ketakutan. Ia semakin tidak fokus dan merasa lemas. Apa
aku akan mati? Kata
hati kecil Roy.
Ya! Jawab
naga merah itu dengan cepat. Ia mengibaskan ekornya ke Roy hingga
menabrak badan Roy. Roy tersentak dan ia terbang hingga menabrak batu
besar hingga berbentuk cekungan besar disekelilingnya. Roy terbatuk
hingga darah keluar dari mulutnya. Kepalanya sangat pusing dan ia tak
percaya naga itu akan benar-benar ingin membunuhnya. Naga Merah itu
menyipitkan matanya dan berbalik menuju batu besar singgah sananya.
Roy mencoba berdiri dengan dibantu oleh pedangnya.
“Tunggu
dulu, aku belum kalah.” Kata Roy dengan suaranya yang serak.
Kau
bodoh, lihat dirimu! Aku akan melepaskanmu jika aku mau. Aku ingin
bermain sebentar. Roy
menatap Naga Merah itu dengan ketakutan. Ia melangkah perlahan demi
perlahan. Naga merah itu hanya melihat sambil tertawa. Pandangan Roy
mulai kabur. Perlahan-lahan kaki Roy tidak bisa berjalan seperti
biasa. Roy menatap naga merah itu dan ia jatuh pingsan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar