Sabtu, 03 Maret 2012

Fairy’s King Part 6



Udara panas menerpa muka mereka. Snow menjulurkan lidahnya dan menggerang kepanasan. “Kau tak apa Snow?” tanya Clara mengelus kepala Snow. Snow mengangguk lemas.
Apa dia baik – baik saja?” tanya Roy kasihan.
Dia tak apa. Udara disini emang sangat panas.” Kata Clara sambil menatap sekelilingnya. Sungai lahar mengalir di samping kanan mereka. Gunung yang mengeluarkan lahar dari mulutnya bercucuran kemana-mana. Pohon – pohon ek disamping Roy hangus terbakar menandakan betapa panasnya tempat ini. Suara gemuruh dari gunung dihadapan mereka membuat Ro tidak ingin berda disini lebih lama. Mereka berjalan mengikuti jalan bebatuan sampai di tempat yang luas dan buntu.
Kayaknya gak ada naga disini. Mungkin kita sudah didahului oleh orang lain. Ayo pulang saja disini sangat panas sekali.” Keluh Roy sambil mengusap keringat di dahinya.
Itu mustahil, coba kamu pikir untuk apa portal tadi datang? Kalau sudah sampai sini kita gak bisa keluar tanpa menakhluk naga itu.” Kata Clara sambil menyipitkan matanya. “Mungkin naga itu sembunyi.”
Sudah cukup! Aku sudah lelah!” bentak Roy sambil menarik tangan kanan Clara. Snow melompat dari pundak Clara dan menatap Roy. Keheningan terjadi beberapa detik.
Ah, maafkan aku. Kau tau kan, aku adalah manusia jadi tak mungkin membunuh naga.” Kata Roy dan melepaskan tarikannya. Clara tertawa dan menatap Roy dengan senyum manisnya.
Percayalah pada dirimu.” Kata Clara dan memegang gelang dan mengucapkan bahasa aneh. Gelang Clara pun bersinar dan berubah menjadi toverstaf miliknya. Roy terpaku melihat kejadian itu. Clara dan Snow berjalan sambil melihat – lihat sekelilingnya. Snow menggerang, kuku kakinya keluar dan ia memperlihatkan gigi tajamnya. Clara melihat Snow dan kembali ke posisi awal dengan serius.
Ada apa Clara?” tanya Roy yang mengikuti Clara dari belakang.
Sstt, Diamlah disitu sebentar” bisik Clara dengan tangan telunjuk di depan mulutnya. Roy mengangguk dan diam tanpa ekspresi. Clara berjalan sampai di ujung dan membalikan badannya. “Sepertinya tak ada apa – apa, Cepetan kesini.” Teriak Clara dan merentangkan tanganya sebagai isyarat. Roy tersenyum dan lega karena tak terjadi apa – apa. Ia berjalan menuju Clara dan bayangan hitam berada di belakang Clara yang berteriak memanggil Roy.
Awas Clara, lari!” teriak Roy dengan wajah pucat. Clara menoleh dengan cepat tapi bayangan itu memukul Clara hingga terbang menabrak batu besar. Snow berlari menuju bayangan hitam itu. Dalam beberapa langkah, Snow berubah menjadi naga besar berwarna putih salju. Roy membeku dan melihat batu yang hancur karena Clara dipukul oleh bayangan itu. Snow menggerang keras dan Roy kembali dalam sadarnya. Ia berlari sekuat mungkin menuju Clara. Clara terbatuk – batuk lemas, darah mengalir dari kepalanya hingga menutup mata kanannya. Badanya sangat kotor dan tangan kakinya lemas tak berdaya. Mulutnya mengeluarkan darah bertanda bahwa sangat keras pukulan dari bayangan itu.
Clara? Kau tak apa?” tanya Roy panik. Ia mengambil toverstaf dari tangan Clara dan menyenderkannya di batu. Clara membuka matanya dengan perlahan dan tersenyum.
Aku tak apa.” Kata Clara serak. “Aku akan melawan naga itu.” Ia mencoba berdiri tetapi terjatuh lagi. Roy memegang tanganya dan menyandarkan Clara ke batu.
Kamu jangan memaksakan diri, pulihkan dirimu dan bersembunyi. Tapi tadi kau bilang itu naga?” tanya Roy sambil melihat pertempuran Snow. Clara mengangguk dan memegang tangan Roy.
Tolong jangan biarkan Snow bertarung lebih lama.” Suara Clara bertambah serak dan tersenyum. Mata Clara tertutup dan nafasnya berhembus sangat pelan. Roy menatap Clara dengan kaget dan menguncang – guncang badannya.


Clara? Ayolah jangan menakutiku.” Kata Roy sambil tertawa kecil. Hening terjadi beberapa detik. “Clara! Jangan begitu!” nada Roy meninggi dan semakin keras ia menguncang Clara. Badan Clara sangat lemas dan tidak bergerak sama sekali. Roy mengusap air matanya dan menutupnya dengan tangannya. Roy, kau jangan takut. Clara dalam masa penyembuhan. Lindungi Clara! Bawalah ia di balik batu besar itu. Roy tersentak dan melihat sekeliling dengan bingung.
siapa?!” teriak Roy.
Aku Snow. Aku sedang berkoneksi dengan pikiranmu. Janganlah sedih, cepatlah bawa Clara ketempat yang aman. Suara lembut itu menenangkan pikiran Roy. Ia mengendong Clara ke balik batu besar itu dengan tangan kanan membawa toverstaf. Snow melawan naga bayangan itu dengan sengit dan serangan Clara mengenai tubuh bayangan itu. Bayangan naga itu berubah warna menjadi naga merah yang menyeramkan. Matanya yang merah menatap Snow dengan sinis. Naga merah itu pun terbang di udara sambil menyemburkan api kemana-mana. Snow berusaha menghindar tetapi sayapnya terkena api itu. Dengan kesal ia pun juga terbang. Snow menyemburkan keristal es ke Naga Merah itu tetapi dengan cepat Naga itupun juga menyemburkan apinya. Serangan itu saling bertabrakan hingga menghasilkan uap dimana-mana. Naga Merah itu bertambah emosi dan menyipitkan matanya. Snow terlihat sangat lelah dan tidak kuat lagi untuk terbang. Naga merah itu menoleh ke tempat Roy dan tersenyum jahat. Ia pun menyemburkan apinya ke tempat Roy dan Clara. Snow mengraung dengan keras tetapi Roy terpaku dengan serangan api itu. Dengan kecepatan tinggi Snow terbang dan menghalang serangan api itu hingga menabrak bebatuan.
Ah! Snow!?” teriak Roy. Ia berlari sekuat mungkin untuk menuju Snow. Snow tergeletak dan tak bergerak sedikit pun. Roy kebingungan dan mondar – mandir kesana kemari. Suara tawa terlintas dipikiran Roy. Ia menoleh ke Naga Merah itu yang duduk asyik dia atas batu besar. Ia tersenyum dan wajahnya berkata dia sudah menang. Kau sudah membunuhnya. Kau sudah membunuh teman-temanmu. Kau pengecut. Seharusnya kau yang mati. Suara Naga Merah itu di pikiran Roy. Wajah Roy memanas dan ia mencabut pedang dari sarungnya.
Kau akan mati!” marah Roy. Naga itu tertawa dan turun dari batu. Roy tersentak dan mundur beberapa langkah. Tangannya gemetaran dan keringatnya bercucuran di mukanya. Nafasnya terengah – engah dan ia mengerutkan dahinya. Bodoh! Kenapa aku malah ngucapin itu? Sekarang harus gimana? Pikir Roy. Naga Merah itu tertawa dan menatap Roy dengan senyum sampingnya. Roy menatap Naga Merah itu dan menyadari bahwa pikirannya telah dibaca. Roy menarik nafas dan menghembuskan nafasnya perlahan – lahan. Ia memegang pedang dengan erat dan berposisi siap menyerang. Naga itu menghela nafas dan tersenyum ke Roy. Kau sudah siap menuju ajalmu? Ejek naga merah itu. Roy hanya terdiam dan memikirkan kata – kata Clara tentang harus percaya dirinya dan pedangnya. Serangan pertama dari naga merah itu adalah pukulan dari tangannya yang sangat cepat, untung Roy bisa menghindarinya. Naga itu seperti kucing yang sedang bermain dengan anak tikus. Naga itu terlihat sangat bosan dan mengantuk. Ia menatap Roy sambil tertawa.
kenapa kau tertawa!? Apa yang lucu!” sinis Roy.
Aku hanya berfikir jika kubakar kau sekarang, kamu akan seperti pohon ek disana atau lebih parah lagi kamu akan menjadi abu. Jawab naga merah itu dengan kejam sambil tertawa kecil. Roy ternganga dan ketakutan. Ia semakin tidak fokus dan merasa lemas. Apa aku akan mati? Kata hati kecil Roy. Ya! Jawab naga merah itu dengan cepat. Ia mengibaskan ekornya ke Roy hingga menabrak badan Roy. Roy tersentak dan ia terbang hingga menabrak batu besar hingga berbentuk cekungan besar disekelilingnya. Roy terbatuk hingga darah keluar dari mulutnya. Kepalanya sangat pusing dan ia tak percaya naga itu akan benar-benar ingin membunuhnya. Naga Merah itu menyipitkan matanya dan berbalik menuju batu besar singgah sananya. Roy mencoba berdiri dengan dibantu oleh pedangnya.
Tunggu dulu, aku belum kalah.” Kata Roy dengan suaranya yang serak.
Kau bodoh, lihat dirimu! Aku akan melepaskanmu jika aku mau. Aku ingin bermain sebentar. Roy menatap Naga Merah itu dengan ketakutan. Ia melangkah perlahan demi perlahan. Naga merah itu hanya melihat sambil tertawa. Pandangan Roy mulai kabur. Perlahan-lahan kaki Roy tidak bisa berjalan seperti biasa. Roy menatap naga merah itu dan ia jatuh pingsan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar