Ryuu
melemparkan Roy ke sebuah jerami besar diiringi teriakan Roy.
Disamping jerami terdapat sungai besar yang indah, sinar matahari
sore menambah keindahannya. Katak berloncatan kesana kemari menambah
aksen kehidupan. Snow mengibaskan sayapnya membuat dedaunan terbang
bagaikan es berjatuhan dari langit dan bunga aster berwarna merah
terbang bagaikan helipkopter. Clara turun dari leher Snow dan
menertawakan Roy. Roy menatap Clara dengan sebal. Ia membersihkan
jerami-jerami yang menempel pada bajunya. Ryuu datang sambil membawa
rusa betina yang besar dan menaruhnya di tanah. Clara terkagum dan
memegang leher Ryuu.
“Baiklah,
aku dan Snow akan mencari kayu. Ambilah air di sungai itu.” Kata
Clara sambil berjalan menuju kedalam hutan. Roy mengangkat bahunya
dan menggeleng.
Bisahkah
kau berukuran kecil? Kamu menakuti binatang sekitar kita.
Kata Roy sambil mengangkat rusa betina yang mati. Ryuu hanya
menatapnya dan tertawa. Ia pun berubah menjadi naga merah kecil yang
sangat lemah. Roy menatapnya dan menahan tawanya. Roy mengeluarka
pedannya dan memotong rusa betina itu hingga menjadi beberapa
potongan. Roy mengambil daun yang lebar dan membentuknya seperti
nampan besar. Ia menaruh daging itu dan mencucinya di sungai. Ryuu
sedang asyik bermain dengan katak loncat. Kepalanya diduduki katak
loncat dan ia pun berlari ketakutan. Roy menatapnya dan tertawa. Ryuu
hanya mendesis dan mengeluarkan api merahnya. Katak itu langsung
menghindar dan masuk kedalam air. Roy melanjutkan cuciannya dan
meniriskannya. Suara nyanyian terlintas dalam telinganya. Seorang
gadis bersisik bernyanyi di sungai. Ia menatap Roy sambil tersenyum
mempamerkan gigi runcingnya. Warna kulit biru pucat yang dingin
membuat Roy merinding.
“Kau
siapa?” tanya Roy. Fairy itu hanya tersenyum dan mendekat
kepermukaan.
“Dia
cantik sekali” gumam Roy. Tangan peri itu mengulurkan tangannya dan
tersenyum. Roy terdiam dan ingin memegang tangannya. Ia menyentuh
tanganya dan wajah peri itu berubah menyeramkan. Sebuah panah melesat
di tangan mereka. Roy dan peri itu menoleh, seorang Fairy dengan
jubah hitam membawa busur. Peri itu langsung mendesis dan
mengeluarkan giginya lalu kabur.
“Kamu
tak apa?” tanya Fairy itu. Ia sangat tinggi dan gagah. Matanya yang
biru sama seperti Roy menambah ke kerenannya. Tato naga hitam legam
di wajah kirinya sama dengan warna rambutnya yang panjang. Baju hitam
yang sepanjang pundaknnya terdapat bulu-bulu raven
dan celana selutut hitam menambah kegagahannya. Ia memilki kuping
runcing yang diberi anting – anting. Roy terpesona akan kegagahan
Fairy itu.
“Hey?!”
teriak Si Fairy itu. Roy tersadar kembali dan mengangguk dengan
cepat. “Brug!.” Suara kayu terjatuh. Mereka terkaget dan melihat
dimana suara itu berada. Clara terbengong melihat Fairy itu dan
menganga.
“P-pangeran
Rey?!” Teriak Clara. Ia kebingungan dan membersihkan debu di
pakaiannya. Roy langsung menatap Fairy itu sambil tertawa.
“Kamu
kenapa Clara? Dia itu hanya Fairy biasa. Kamu dibodohi sama
kegagahannya ya?” ejek Roy sambil tertawa. Clara langsung memukul
kepala Roy dan menggeretnya.
“Maafkan
aku tuan. Teman saya orang baru, jadi emang begini.” Kata Clara
sambil membungkukan badan.
“Tidak
apa-apa. Namamu siapa anak muda?” Tanya Rey sambil tersenyum.
“A-aku
Clara Airist dan ini temanku Roy Adwind.” Jawab Clara dengn gugup.
Rey hanya menatap Roy dengan serius. Suara percikan air memberi
kesunyian beberapa detik. Snow dan Ryuu bermain dengan reptil loncat
menambah kegembiraan.
“Ada
apa dengan namaku?” tanya Roy sambil sinis.
“Tidak,
hanya saja..... Kamu kenal Jane Hara” Jawab Rey sambil kebingungan.
“Itu
Ibukku! Kamu tau darimana? Bisahkah aku bertemu dengannya?” tanya
Roy sambil mendekati Rey. Rey tersenyum dan memeluk Roy. Clara dan
Roy tersentak dan bengong.
“Kamu
sudah pulang adik!” kata Rey kegirangan.
“Ah..
maaf aku gak punya kakak.” Tukas Roy sambil mendorongnya secara
perlahan-lahan. “mungkin kamu salah orang”.
“Tidak!
Kamu adikku yang hilang 12 tahun yang lalu. Aku menyuruh Jane
membawamu pergi karena---“
“Hentikan!”
teriak Clara yang memutuskan pembicaraan Rey. “Kita akan
mendengarkan ceritamu pangeran, tapi setelah makan. Aku paling benci
lapar” kata Clara sambil memegang perutnya. Rey dan Roy pun
tertawa. Clara berbalik badan dan menutupi rasa malunya.
Roy
mengambil daging yang telah dicuci dan menusuknya pada ranting. Clara
dan Rey membuat api unggun dan membuat tenda. Matahari sudah
menyembunyikan dirinya dan bulan menerangkan dinginnya hutan ini.
Suara percikan api dan suara serangga membuat nyanyian merdu. Kunang
– kunang bertebangan kesana kemari menambah keindahan sungai. Clara
melahap kaki rusa betina. Rey hanya menatap Ryuu dan Snow yang sedang
memakan kaki dan tulang rusuk rusa betina. Roy tiduran diatas jerami
melihat keindahan bintang dan bulan.
“Ah~
aku kenyang sekarang Pangeran, ceritakan yang sebenarnya dan Roy
turunlah!” bentak Clara.
“Dasar
gendut!” ejek Roy. Clara cemberut dan Rey tertawa.
“Aku
akan panggil nagaku dulu.” Kata Rey sambil menatap langit. Beberapa
menit kemudian suara gerangan yang membengkakan telinga datang. Naga
hitam legam mendarat di pinggir Roy. Roy tersentak dan terjatuh. Naga
itu tinggi dan gagah. Matanya yang hitam dan tajam mengatakan bahwa
ia tidak suka bergurau. Banyak bekas luka di bagian wajahnya. Kakimya
sangat kuat dan sayapnya sangat tipis hingga uratnya kelihatan.
“Kenalkan...
Ini Kiryuu. Dia naga yang cantik bukan?” senyum Rey.
“Dia
cantik seperti Snow. Tapi, kenapa luka itu?” tanya Clara.
“Kiryuu
terlalu banyak berlatih jadi banyak bekas luka.” Jawab Rey denga
sedih. Ryuu menatap Kiryuu dengan senang. Kamu
kenal dia? Tanya
Roy ke pikiran Ryuu.
Dia
adalah kakakku. Sudah 5 tahun aku berpisah dengannya.
Jawab Ryuu.
“Sekarang
aku akan bercerita” kata Rey sambil duduk di perapian.
“12
tahun yang lalu, terjadi pertempuran yang besar. Dad, mencoba
melindungi aku, kamu dan Mom. Ia menyuruh Jane atau yang terkenal
disebut penasehat raja untuk membawa kita ke kamarnya. Tapi, karena
kerajaan terbakar aku dan kamu berpisah. Saat itu kamu sangat lucu
sekali!” girang Rey. “Aku menarik Mom ke kamar atas, tapi Redcap
mengacak-acak kamar itu. Mom berteriak hingga mereka menoleh kekita.
Kami berlari hingga di jalan terbuntu karena reruntuhan. Aku menarik
pedang dan berusaha melindungi Mom. Maklum waktu itu aku berumur 7
tahun dan kamu 5 tahun jadi belum bisa menggunakan pedang dengan
baik. Aku berusaha melindungi Mom agar kamu dan Jane datang kesini.
Tapi—” Rey memberhentikan pembicaraan dan menghela nafas.
“Terus
bagaimana?” Kata Clara dengan penasaran.
“Pada
saat itu aku lengah, salah satu Redcap yang membawa pedang menebas
tangan kananku. Aku terjatuh dan Mom melindungiku dari berbagai
serangan, sampai ia tertebas oleh Redcap itu. Aku berteriak sekuat
mungkin. Jane datang dan membacakan mantra penghilang yang membuat
Redcap menghilang. Kamu bersembunyi di balik kaki Jane dengan
gemetaran. Aku menahan tangis dan mencoba mengikhlaskanya. Kamu
mendekat sambil membawa pedang berdarah dan juga menangis. Waktu itu
kamu tak bisa mengendalikan dirimu, jadi kamu mengguanakan Dragon’s
Power.
Aura jahat mengitarimu tapi dengan cepat aku menusuk pinggangmu yang
membuatmu pingsang. Aku menyuruh Jane untuk membawamu ke dunia
manusia agar melupakan semuanya, dan akhirnya kita bertemu kembali.”
Senyum Rey. Roy hanya terdiam dan mencoba mengingatnya. Sepintas ia
berfikir anak kecil yang menangis dalam mimpinya adalah dia.
“Itu
mustahil. Aku tidak ingat sama sekali.” Kata Roy sambil menggaruk
kepalanya.
“Kamu
ingin ingat?” Tanya Rey dengan serius dan mendekat Roy. Roy
mengangguk dan menatap Rey.
“Tataplah
mataku. Aku akan memberi ingatan yang sebenarnya” kata Rey duduk
didepan Roy. Roy menatap matanya yang biru indah. Dalam beberapa
detik, matanya berubah menjadi mata naga hitam. Roy ingin kaget tapi
sudah terlambat, ia tertidur dengan lelap.
“Kamu
apakan dia?” tanya Clara sambil menatap Roy dengan takut.
“Dia
sedang dalam dirinya sendiri.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar