Sabtu, 03 Maret 2012

Fairy’s King Part 2



Roy berada di goa yang gelap, ia mencoba untuk membiasakan dirinya untuk melihat kegelapan. Ia berjalan dan melihat ibunya menangis. Roy mendekat Jane. Secara cepat tangan Jane mencekik Roy dengan wajah menyeramkan. “Argh!” Teriak Roy, dan ia pun terbangun dari mimpi buruknya, nafasnya tersengal – sengal dan dahinya mengucurkan keringat. Roy mengatur nafasnya dan ia berdiri melihat jendela kamarnya yang terbuka. Ia melihat langit yang sangat mendung yang menandakan akan turunnya hujan. Ia mengelilingi rumahnya dan berteriak memanggil ibunya. Rumahnya hancur berantakan seperti habis dilanda angin tornado, semua hancur dan tidak layak untuk di tempati. Roy menuju ke pintu keluarnya yang terkena bercak darah. Roy berjalan mengikuti bercak darah itu sampai di hutan yang lebat. Ia berfikir mungkin ibunya ada disana. Ia tetap berjalan dan akhirnya berada di sebuah danau. Danau itu sangat luas, dipinggirnya ada tebing yang menculang tinggi dan pohon ek sangat besar disekelilingnya. Roy mencuci mukannya dengan air danau, ia masih berfikir ini mimpi. Ia mengelap dengan kemeja birunya dan Ia memutuskan untuk kembali. “Mungkin Mom sudah kembali” pikir Roy dalam hati. Roy ternganga dan tidak percaya. Semua hutan yang dilewati berbeda, sekarang pohon ek lebih tinggi dan bunga yang semula tidak ada menjadi ada. Angin berhembus kencang membuat bunga aster yang berwarna warni cerah melesat ke udara seperti helikopter. Suara gemuruh muncul secara tiba – tiba. Roy melihat keatas, seekor naga dengan sisik biru kehitaman terbang diatasnya. Sayap yang kuat dan mata merahnya yang sangat cocok dengan warna kulit gelapnya. Tangan dan kakinya sangat kokoh dalam menopang badannya yang besar serta ekornya yang panjang membuat dirinya anggun setiap kali bergerak. Naga itu berputar di langit dan berbelok ke arah Roy. Roy terkaget dan berlari ke hutan, ia bersembunyi di balik pohon ek besar. Akarnya sangat besar sehingga membentuk gua kecil cukup untuk Ia bersembunyi. Roy menundukkan kepalanya dan menahan nafasnya. Suara gerang dari naga itu terdengar semakin dekat.


Hyah! Pergi dari sini!” teriak seorang gadis dan naga itu mengelak lalu pergi menggunakan sayap kuatnya. Roy mengintip dari balik pohon ek, seorang gadis berambut panjang putih keperakan memegang tongkat aneh. Pakaian dan rok hijaunya membuatnya elegan. Roy keluar dari pohon ek dan mendekati gadis itu sambil memasukan kedua tangannya ke kantong celana jeannya. “Erm.. terimakasih sudah menyelamatkan aku.” Kata Roy dengan lembut. Gadis itu kaget dan membalikan badannya sambil menunjungkan tongkat aneh mengarah ke Roy dengan posisi siap menyerang “KAU SIAPA!?”. Mata hijaunya menunjukan ke dendaman, kuping yang lancip dan wajahnya yang pucat pasi membuat Roy melangkah mundur, ia berfikir ia sudah gila melihat wajah yang mirip ibunya lagi.
Maaf, ku kira kau naga yang lain. Namaku Clara Airist. Kau siapa?” Clara mengerutkan keningnya.
Aku Roy Adwind.” Sahut Roy .
Kenapa kau berada disini? Ini adalah tempat terlarang untukmu.” Desah Clara, ia menaruh tongkat itu di punggungnya. Tinggi tongkat itu hampir se-Clara dan diatasnya terdapat patung naga biru keputihan dengan mulut terbuka dan badannya melilit sampai ke ujung.
benda apa itu?” Roy menatap tongkat itu.
Oh.. ini? Ini adalah toverstaf, alat yang digunakan untuk memperkuat sihirku. ” Jawab Clara.
Bisakah kau tunjukan kekuatanmu?” ejek Roy.
Hah?! Kau menantangku? Kau payah sekali, lihat baik-baik!” Clara mengambil tongkat dari punggungnya yang kecil. Ia melihat sekeliling dan menunjuk “Aku akan mengancurkan 3 batu itu!”. Ia menarik nafas dan menghembuskan pelan – pelan. Ia membuka kakinya sangat lebar, tongkatnya berada di tangan kirinya dengan posisi patung naga di bawah dan tangan kanannya kebawah hampir menyentuh tanah. Ia menghela nafas dan memejamkan matanya. Aura seperti es berada di sekitar dirinya membuat rambut terurainya bertebangan. Clara menatap 3 batu, matanya berubah menjadi biru muda seperti salju. Ia mengayunkan dan memutarkan toverstaf seperti mayoret. Badannya juga bergerak seperti penari handal. Setiap toverstafnya di arahkan kebatu ledakan muncul, dari tongkat itu mengeluarkan cahaya putih seperti salju menuju batu itu. Burung – burung bertebangan karena ledakan itu, ke 3 batu itu hancur berkeping-keping dan bertebangan seperti salju. “Kau lihat itu?” senyum Clara.
Bolehkah aku menggunakannya?” Pinta Roy.
Tidak! Benda ini akan menyedot kekuatanmu hingga kau mati. Kau bisa menggunakannya jika kau lulus dari kontes naga!” bentak Clara dan menaruh toferstaf kepunggunnya. Roy tersenyum kepada Clara dan berfikir dia akan mati jika mengikuti kontes naga itu duluan sebelum menggunakannya.
Aku tak pernah melihatmu, kau ini aslinya apa?” Clara menatap heran.
Memangnya kita sekarang ada dimana?” tanya Roy sambil menggaruk kepalanya.
Ini adalah Fairy’s Castle. Tempat ini aman untuk para fairy seperti kita!” senyum Clara
Kita? Apa yang kau katakan? Kau fairy dan aku manusia, bukan?” kata Roy. Ia melihat kuping Clara dan Roy memegang kupingnya yang runcing. “Tidak mungkin!” Roy berlari ke danau dan melihat pantulan bayangan dirinya seperti Fairy. “tidak mungkin!” teriak Ryo. Ia berlari ketakutan dan menabrak Clara.
Apa kau baik-baik saja?” tanya Clara melembut. Roy tidak menjawab dan Clara menarik tangan Roy. “Ayo ikut aku”
Selama perjalanan Roy tidak berbicara dengan Clara. Jalan yang dilalui sangatlah menyulitkan, akar dari pohon ek menghalangi jalan. Rumput setinggi mata kaki dan kabut tebal menambah kesulitan. Buah stroberi dan bunga liar memberikan kegembiraan dalam kesunyiaan. Kupu-kupu bertebangan mengelilingi mereka, reptile loncat memberikan nada sedihnya. Clara tau binatang itu mencoba menghibur Roy. Hutan semakin gelap dan kabutpun semakin tebal. Kau yakin ini jalan yang benar?” tanya Roy dengan ragu. Clara menganggukan kepalanya dan menarik Roy “lewat sini.”
Di depan mereka terdapat portal hitam yang dipinggirnya berukir 2 naga. “Ini apa?” mata Roy menyipit.
Ini portal menuju ke rumahku. Ayo masuk” tukas Clara sambil menarik lengan baju Roy. Roy menatap Clara dengan alis terangkat ragu. Clara tersenyum dan mengangguk. Mereka masuk ke dalam portal tersebut dan menghilang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar