Sabtu, 03 Maret 2012

Fairy’s King Part 1



Fairy’s King
“Kring.... kring.....kring!” suara jam weker menunjukan pukul 07.00. Tangan Roy Adwind menghempaskan jam weker kedinding hingga terpecah belah. Suara pecaha itu membuat ibu tirinya menuju ke kamar Roy. Suara bantingan pintu yang keras membuat Roy terbangun dari setengah tidurnya.
“Roy, kau memecahkan jam weker yang baru kubeli kemarin? Jika kau melakukan itu lagi, aku tidak akan membelikannya lagi untukmu. Sekarang, cepat bangun! ” bentak Jane Hara sambil menatap Roy dengan mata ungunya. Ia memakai baju kuning dan jean biru yang kusam. Rambut pirang yang terikat seperti ekor kuda bergoyang ria karena hembusan kipas angin.
“Agh.,. kenapa harus ke sekolah padahal kan hari ini ulangtahunku yang ke 17? Ayolah Mom, aku ingin bolos untuk hari ini saja.” pinta Roy sambil melirik ke Jane, tapi Jane malah pergi tanpa menghiraukan permintaan Roy. Roy pun duduk di kasurnya sambil mengucek mata birunya. Ia memiliki tubuh jangkung dan kurus, serta berambut coklat. Ia mengambil kemeja biru dan celana jean biru gelap semata kakinya di lemari penuh coretan dan stiker – stiker lusuh. Selama 15 menit, ia selesai mandi dan membersihkan jam weker yang tadi ia sampar. Cahaya matahari yang memancar dari jendela kamar Roy membuat kamar Roy terlihat sangat berantakan, Roy mengelengkan kepalanya lalu Ia membersihkan dan merapikan buku, majalah dan baju yang tergeletak di lantai dan di atas kasurnya.

Fairy’s King Part 2



Roy berada di goa yang gelap, ia mencoba untuk membiasakan dirinya untuk melihat kegelapan. Ia berjalan dan melihat ibunya menangis. Roy mendekat Jane. Secara cepat tangan Jane mencekik Roy dengan wajah menyeramkan. “Argh!” Teriak Roy, dan ia pun terbangun dari mimpi buruknya, nafasnya tersengal – sengal dan dahinya mengucurkan keringat. Roy mengatur nafasnya dan ia berdiri melihat jendela kamarnya yang terbuka. Ia melihat langit yang sangat mendung yang menandakan akan turunnya hujan. Ia mengelilingi rumahnya dan berteriak memanggil ibunya. Rumahnya hancur berantakan seperti habis dilanda angin tornado, semua hancur dan tidak layak untuk di tempati. Roy menuju ke pintu keluarnya yang terkena bercak darah. Roy berjalan mengikuti bercak darah itu sampai di hutan yang lebat. Ia berfikir mungkin ibunya ada disana. Ia tetap berjalan dan akhirnya berada di sebuah danau. Danau itu sangat luas, dipinggirnya ada tebing yang menculang tinggi dan pohon ek sangat besar disekelilingnya. Roy mencuci mukannya dengan air danau, ia masih berfikir ini mimpi. Ia mengelap dengan kemeja birunya dan Ia memutuskan untuk kembali. “Mungkin Mom sudah kembali” pikir Roy dalam hati. Roy ternganga dan tidak percaya. Semua hutan yang dilewati berbeda, sekarang pohon ek lebih tinggi dan bunga yang semula tidak ada menjadi ada. Angin berhembus kencang membuat bunga aster yang berwarna warni cerah melesat ke udara seperti helikopter. Suara gemuruh muncul secara tiba – tiba. Roy melihat keatas, seekor naga dengan sisik biru kehitaman terbang diatasnya. Sayap yang kuat dan mata merahnya yang sangat cocok dengan warna kulit gelapnya. Tangan dan kakinya sangat kokoh dalam menopang badannya yang besar serta ekornya yang panjang membuat dirinya anggun setiap kali bergerak. Naga itu berputar di langit dan berbelok ke arah Roy. Roy terkaget dan berlari ke hutan, ia bersembunyi di balik pohon ek besar. Akarnya sangat besar sehingga membentuk gua kecil cukup untuk Ia bersembunyi. Roy menundukkan kepalanya dan menahan nafasnya. Suara gerang dari naga itu terdengar semakin dekat.

Fairy’s King Part 3



Roy membuka matanya perlahan, cahaya terlalu terang membuat ia susah melihat. “Clara, kau dimana?” Tanya Roy sambil menyipitkan matanya dan menutup cahaya dengan tangannya.
Aku ada disini. Selamat datang di Fairy’s Castle Center!” senyum Clara sambil merentangkan kedua tangannya. Roy mendekati Clara, ia melihat dari atas sebuah kerajaan fairy yang megah. Semua rumah terbuat dari pohon oak dan ditengah-tengah terdapat pohon oak yang sangat besar. Dari kejauhan seorang Fairy sedang berjualan buah, pakaian, sejata dan lain-lain. Singa berbulu putih sedang bermain dengan anak Fairy. “Apakah anak itu akan baik-baik saja jika bermain dengan singa itu?” Tanya Roy sambil menunjuk.
Kau konyol. Kita bangsa Fairy tidak akan pernah melukai binatang ataupun tanaman. Mereka yang memberi kehidupan kepada kita, makanya kita tidak boleh menyakitinya.” Jelas Clara.
Terus siapa musuh kalian?”
Musuh? Bisa dibilang, Fairy yang jahat dan suka melukai sesama” kata Clara sambil mengangkat bahunya. “Lebih enak bicara dirumahku, ayo kesana!”. Ia menarik Roy dan turun dari bukit. Mereka berjalan melewati para Fairy berjualan. Roy menatap dengan heran, “Kenapa mereka melakukan dengan cara barter?” gumam Roy. Clara tiba-tiba saja berhenti dan melepaskan tangannya dari Roy, “Ini rumahku, ayo masuk. Jangan sungkan.” Rumahnya kelihatan sangat kecil, akar dari pohon oak menjalar kemana-mana. Clara memegang gagang itu dan membukanya.
Wow. Keren!” kagum Roy. Walaupun dari luar terlihat kecil, ternyata dalamnya begitu megah. Dinding kremnya serasi dengan lantainya. Ruangannya bertingkat, tempat tidur Clara berada diatas. Meja dan kursi tertata rapi. Jendela rumahnya menambah kecahayaan yang membahagia. Rumahnya begitu berwarna-warni setelah ada bunga aster dan mawar merah disudut ruangan.

Fairy’s King Part 4



Paginya,Roy tersentak kaget ketika Snow menindih mukanya. “Kau nakal ya?” kata Roy sambil mengangkat Snow dari mukanya. Clara menghampiri Roy, ia menggenakan baju dan rok berwana ungu yang serasi. Ia menggunakan sarung tangan ungu dan sepatu seperti kaus kaki selutut. Rambut putih keperakannya diurai menambah keanggunannya. Roy menatap seperti orang bodoh.
Kenapa kau mentap aneh ke aku? Aku jelek ya?” Tanya Clara sambil cemberut.
Tidak” roy menggeleng dengan cepat.
Naiklah keatas disana ada kamar mandi. Aku akan pergi sebentar. Snow jaga rumah sebentar ya?” kata Clara dan ia pergi. Roy menaiki tangga. Sampai diatas, kamar Clara sangatlah rapi. Kasurnya berwarna hijau daun dan karpet terbuat dari daun menambah keindahan rumah ini. Roy berjalan dan melihat pintu yang bertulisan toilet. “kayaknya ini kamar mandinya” kata Roy sambil menunjuk tulisan itu. Roy membuka perlahan dan terlihat bak mandi terbuat dari batu, disampingnya terdapat kaca dan handuk. Roy mendekat kekaca ia melihat sebuah memo yang tertulis “Ambilah benda untuk mandi di rak dekat gantungan baju”. Roy mandi menggunakan shower hijau di samping kaca. Butiran – butiran seperti es berjatuhan dari shower hijau itu. Dirak terdapat 3 botol yang bertulisan Natural Shampoo, Green Shampoo dan Red Shampoo. Roy mengambil botol yang bertulisan Red Shampoo. Ia menggoosokan kepalanya hingga rata dan dibilas. Roy menyikat gigi dan menyabun tubuhnya.
Tok..tok…tok” suara pintu mengagetkan Roy. Roy terdiam dan suara pintu itu terdengar lagi.
Siapa?” tanya Roy gemetaran.
Aku Clara. Pakailah baju ini!” teriak Clara dan sebuah tangan menembus pintu. Roy terbengong, ia tak bergerak sama sekali.

Fairy’s King Part 5



Ryo, cari senjata buat kamu yuk.” kata Clara sambil menggeret Roy ke toko yang bertulis Contest Naga Armor. Senjata – senjata dipajang di meja dan digantung seperti tongkat dan pedang. Bentuk senjata itu sama semua dan sangatlah biasa. “ Kau yakin dengan ini? Senjata itu terlihat tidak berguna. Lihat itu! Bentuknya sama.” Bisik Roy.
Clara tertawa, “Kau harus percaya pada dirimu dan pada senjata, karena kekuatan sekecil apapun akan menjadi besar. Banyak Fairy yang gagal dalam kontes karena tidak bisa mempercayai”. Roy mengangguk dan melihat pedang berdebu. Ia meniup debu tersebut dan mengayunkan pedang itu dengan ahli.
Kayaknya aku pernah megang pedang ini. Aku pilih ini aja.” Kata Roy sambil menaruhya di meja kasir.
Berapa harganya?” tanya Clara.
5000 pouch” jawab penjaga kasir. Clara memberikan 5000 pouch dan berjalan seperti orang dermawan melewati Roy tanpa melihatnya.
Terimakasih, mbak Clara yang cantik” rayu Roy ke Clara. Clara hanya tersenyum dan berjalan keluar dari ruangan kumuh itu.
Kau lapar tidak?” Clara menoleh Roy.
Umh. Y-ya.” Jawab Roy malu. Ia belum makan sama sekali selama di Fairies Castle. Ia memasang sabuk untuk menaruh pedangnya. Dengan pedang yang berada di pinggang kirinya membuat ia seperti prajurit mengikuti Ratu yang berada di depan memimpin arah jalan. Clara berhenti didepan meja kayu. Disampingnya terdapat kompor hitam berkarat.
Grey, aku mau beli 2 bard.” Kata Clara. Bebedarapa detik kemudian, seseorang muncul secara tiba – tiba. Roy tersentak kaget tetapi Clara hanya tak bergerak sedikit pun. Snow yang berada di pundaknya menatap Clara dengan wajah imut, matanya membesar putih dan menurunkan kepalanya sambil merengut.
Clara tertawa dan mengelus Snow. “Kau mau? Baiklah. Grey aku beli 3 bard.” Grey mengangguk dan mengucapkan bahasa yang aneh, dalam 5 detik makanan itu muncul. “Ini, 20 pouch. Terimakasih” ucap Clara dan mengambil makanan itu. “Ini Roy dan ini buatmu sayang” kata Clara sambil memberikan kepada Roy dan Snow. Snow memakannya dengan cepat. Makanan bart berbentuk seperti hamburger. Daging yang berlapis – lapis meneteskan mayonice di tangan Roy. Roy melahapnya dengan cepat. Ia sama sekali tidak memikirkan rasanya.
Enakkah?” tanya Clara sambil mengambil bungkus bard ditangan Roy.
Ah.. erm... Enak kok.” Jawab Roy singkat.
Clara tertawa dan mengelus Snow “kau seperti Snow. Makannya cepat sekali. Hehehe.” Roy hanya tersenyum dan mereka tetap berjalan menuju ke tempat kontes naga. Mereka melewati beberapa pepohonan seperti oak dan ek. Melewati bukit rumput yang dipenuhi anak – anak Fairy yang sedang bermain dan bercanda ria. Mereka memasuki hutan lebat dan berbelok zig – zag hingga masuk ke dalam hutan dengan cepat. Papan tua terpajang di depan mereka. Papan tersebut bertulisan Welcome to Contest Of Dragon.

Fairy’s King Part 6



Udara panas menerpa muka mereka. Snow menjulurkan lidahnya dan menggerang kepanasan. “Kau tak apa Snow?” tanya Clara mengelus kepala Snow. Snow mengangguk lemas.
Apa dia baik – baik saja?” tanya Roy kasihan.
Dia tak apa. Udara disini emang sangat panas.” Kata Clara sambil menatap sekelilingnya. Sungai lahar mengalir di samping kanan mereka. Gunung yang mengeluarkan lahar dari mulutnya bercucuran kemana-mana. Pohon – pohon ek disamping Roy hangus terbakar menandakan betapa panasnya tempat ini. Suara gemuruh dari gunung dihadapan mereka membuat Ro tidak ingin berda disini lebih lama. Mereka berjalan mengikuti jalan bebatuan sampai di tempat yang luas dan buntu.
Kayaknya gak ada naga disini. Mungkin kita sudah didahului oleh orang lain. Ayo pulang saja disini sangat panas sekali.” Keluh Roy sambil mengusap keringat di dahinya.
Itu mustahil, coba kamu pikir untuk apa portal tadi datang? Kalau sudah sampai sini kita gak bisa keluar tanpa menakhluk naga itu.” Kata Clara sambil menyipitkan matanya. “Mungkin naga itu sembunyi.”
Sudah cukup! Aku sudah lelah!” bentak Roy sambil menarik tangan kanan Clara. Snow melompat dari pundak Clara dan menatap Roy. Keheningan terjadi beberapa detik.
Ah, maafkan aku. Kau tau kan, aku adalah manusia jadi tak mungkin membunuh naga.” Kata Roy dan melepaskan tarikannya. Clara tertawa dan menatap Roy dengan senyum manisnya.
Percayalah pada dirimu.” Kata Clara dan memegang gelang dan mengucapkan bahasa aneh. Gelang Clara pun bersinar dan berubah menjadi toverstaf miliknya. Roy terpaku melihat kejadian itu. Clara dan Snow berjalan sambil melihat – lihat sekelilingnya. Snow menggerang, kuku kakinya keluar dan ia memperlihatkan gigi tajamnya. Clara melihat Snow dan kembali ke posisi awal dengan serius.
Ada apa Clara?” tanya Roy yang mengikuti Clara dari belakang.
Sstt, Diamlah disitu sebentar” bisik Clara dengan tangan telunjuk di depan mulutnya. Roy mengangguk dan diam tanpa ekspresi. Clara berjalan sampai di ujung dan membalikan badannya. “Sepertinya tak ada apa – apa, Cepetan kesini.” Teriak Clara dan merentangkan tanganya sebagai isyarat. Roy tersenyum dan lega karena tak terjadi apa – apa. Ia berjalan menuju Clara dan bayangan hitam berada di belakang Clara yang berteriak memanggil Roy.
Awas Clara, lari!” teriak Roy dengan wajah pucat. Clara menoleh dengan cepat tapi bayangan itu memukul Clara hingga terbang menabrak batu besar. Snow berlari menuju bayangan hitam itu. Dalam beberapa langkah, Snow berubah menjadi naga besar berwarna putih salju. Roy membeku dan melihat batu yang hancur karena Clara dipukul oleh bayangan itu. Snow menggerang keras dan Roy kembali dalam sadarnya. Ia berlari sekuat mungkin menuju Clara. Clara terbatuk – batuk lemas, darah mengalir dari kepalanya hingga menutup mata kanannya. Badanya sangat kotor dan tangan kakinya lemas tak berdaya. Mulutnya mengeluarkan darah bertanda bahwa sangat keras pukulan dari bayangan itu.
Clara? Kau tak apa?” tanya Roy panik. Ia mengambil toverstaf dari tangan Clara dan menyenderkannya di batu. Clara membuka matanya dengan perlahan dan tersenyum.
Aku tak apa.” Kata Clara serak. “Aku akan melawan naga itu.” Ia mencoba berdiri tetapi terjatuh lagi. Roy memegang tanganya dan menyandarkan Clara ke batu.
Kamu jangan memaksakan diri, pulihkan dirimu dan bersembunyi. Tapi tadi kau bilang itu naga?” tanya Roy sambil melihat pertempuran Snow. Clara mengangguk dan memegang tangan Roy.
Tolong jangan biarkan Snow bertarung lebih lama.” Suara Clara bertambah serak dan tersenyum. Mata Clara tertutup dan nafasnya berhembus sangat pelan. Roy menatap Clara dengan kaget dan menguncang – guncang badannya.

Fairy’s King Part 7



Roy berada didalam dirinya. Ia melihat cermin mengelilingnya. Semuanya hitam. Roy mendekat ke Cermin dan melihat dirinya berbeda. Matanya sangat tajam dan mirip dengan naga merah yang tadi lawan. Diatas alis sampai dipipnya bagian kanan ada sebuah tato naga merah. Fairy yang ada di cermin itu tersenyum hingga membuat Roy terkaget.
Ka-kau siapa?” tanya Roy.
Aku? Aku adalah dirimu.” Jawab singkat bayangan Roy.
Dimana aku?” tanya Roy.
Kau berada di tempat yang ingin kau lupakan.”
Heh?” heran Roy
Peganglah tanganku. Aku akan membuka kekuatanmu yang tersembunyi di dalam dirimu.” Kata Si Bayangan. Ia mengulurkan tangannya hingga menembus cermin. Roy tersentak dan memegang tangan Si Bayangan tanpa ragu. Tangan Si Bayangan sangat panas yang membuat darah Roy mengalir dengan deras. Jantung Roy berdetak sangat kencang yang membuat pernafasan Roy tidak teratur. Si Bayangan itu menarik Roy hingga Roy masuk kedalam cermin. Roy berada di tempat hampa dan gelap. Ada suatu cahaya putih menyinari sebuah peti merah. Roy mendekat dan membaca peti itu. Peti itu bertulisan Blood Memory. Rasa ingin tahu Roy muncul tiba-tiba yang membuat ia membuka peti merah itu. Sinar terang keluar dari kotak itu membuat Roy mengahalangkan cahayanya ke mata. Secara cepat Roy tertarik oleh kotak itu hingga ia masuk kedalamnya.
***
Roy membuka matanya perlahan dan melihat kebakaran dimana-mana. Puing-puing berjatuhan dan asap dimana-mana. Api menjilat-jilat puing-puing kayu. Roy berjalan hingga berada disuatu ruangan. Ia melihat anak kecil yang memegang pedang berlumuran darah sambil melihat gadis yang tergeletak didepannya. Gadis itu berlumuran darah di bagian dadanya. Matanya melotot dan mulutnya menganga.
Mom?” ucap anak kecil itu. Keheningan pun terjadi.
MOM!” teriak anak kecil sambil menangis. Roy mendekat ke anak kecil itu dengan maksud untuk menghiburnya. Tinggal beberapa langkah menuju anak itu, Ia menoleh ke Roy. Anak itu sangat mirip dengan Si Bayangan. Roy terkaget dan mundur.
Kau lucu sekali. Apakah kamu takut lihat dirimu sendiri?” ucap anak kecil itu sambil tertawa. Roy kebingungan dan tak berkata apapun.